
![]() |
Gangguan seks |
Berikut beberapa gangguan seks yang dapat membuat penderitanya merasa
sengsara, seperti dirangkum MensHealt, Senin (30/9/2013):
1. Priapism
Priapism adalah kondisi ereksi yang berlangsung selama lebih dari 4 jam
tanpa adanya rangsangan seksual dan biasanya bersifat menyakitkan. Kondisi ini
terjadi jika darah di penis terjebak dan tidak mampu mengalir, yang dapat
terjadi pada semua kelompok umur termasuk bayi yang baru lahir. Jika tidak
segera diobati maka bisa menyebabkan jaringan parut dan disfungsi ereksi
permanen.
Nama penyakit ini diambil dari nama dewa kesuburan dalam mitologi Yunani,
Priapus. Sesuai penggambaran Priapus yang punya kemaluan besar dan selalu dalam
kondisi ereksi, penderita priapism juga memiliki penis yang selalu tegang pada
saat-saat yang tak terduga sekalipun tidak ada hasrat dan rangsangan seksual.
Kondisi ini sering dipicu oleh overdosis obat-obat perangsang seperti viagra
(sildenafril). Bisa juga dipicu oleh cedera sumsum tulang belakang, lalu
menyebabkan aliran darah terkonsentrasi di suatu organ salah satunya alat
kelamin yang secara anatomis letaknya cukup rendah untuk dialiri darah.
2. Persisten Sexual Arousal Syndrome atau Orgasme Spontan
Persistent Sexual Arousal Syndrome (PSAS) bisa membuat penderitanya merasakan sensasi aneh pada kelamin sehingga terus-menerus merasa orgasme. Keluhan yang terasa dapat menyebabkan putus asa dan depresi. Kebanyakan penderitanya adalah wanita.
Sindrom ini tidak perlu dilampiaskan dengan berhubungan seks karena kenikmatan itu akan datang sendiri dari rangsang nonseksual misalnya makanan. Karena begitu mudahnya mendapatkan kepuasan, dalam sehari penderita sindrom ini bisa mengalami orgasme hingga 300 kali. Karena merasa sangat menderita, sindrom orgasme spontan bahkan membuat penderitanya ingin bunuh diri.
3. Parafilia
Sesuai dengan asal katanya yakni para (menyimpang) dan phillia (ketertarikan), gangguan ini ditandai dengan penyimpangan hasrat seksual. Cakupannya cukup luas, antara lain meliputi ketertarikan terhadap obyek tertentu dari pasangannya (fetisisme), kekerasan dan penyiksaan (sadomasokisme), mayat (nekrofilia) dan binatang (zoofilia).
Dalam ilmu psikologi, gangguan ini dikategorikan dalam perilaku Obsessive-Compulsive Disorder (OCD). Karena ketertarikannya yang tidak wajar, penderitanya sering kesulitan untuk mendapat pasangan yang cocok. Kalaupun ada, kadang-kadang perilaku seksual yang tidak semestinya itu justru dapat membahayakan dirinya.
4. Seksomnia
Seksomnia merupakan aktivitas seksual yang dilakukan seseorang di saat tidur. Tindakan tersebut dilakukan si pengidap di luar kesadarannya. Umum gangguan ini dialami laki-laki.
Penyebab pasti dari gangguan ini belum diketahui. Hanya saja ada dugaan bahwa alkohol dan obat tidur berpengaruh pada gangguan ini. Efek yang ditimbulkan seksomnia antara lain kemarahan, kebingungan, penyangkalan, frustasi, rasa bersalah, malu, dan frustasi.
5. Hiperseks
Pada wanita, kondisi ini disebut juga dengan istilah nymphomania sementara pada pria disebut satyriasis. Tanda-tandanya adalah tidak mampu mengendalikan hasrat seksual dan kadang-kadang terpaksa harus segera dilampiaskan pada siapapun yang saat itu kebetulan ada di dekat si penderita.
Dilihat dari penyebabnya, kondisi ini mirip dengan orang yang tidak bisa mengontrol nafsu makan karena sama-sama dipicu gangguan sirkuit di otak. Namun orang masih bisa makan kapan saja dan di mana saja, sementara untuk berhubungan seks di sembarang tempat tentu bukan ide yang bagus. (wy/dh)
Persistent Sexual Arousal Syndrome (PSAS) bisa membuat penderitanya merasakan sensasi aneh pada kelamin sehingga terus-menerus merasa orgasme. Keluhan yang terasa dapat menyebabkan putus asa dan depresi. Kebanyakan penderitanya adalah wanita.
Sindrom ini tidak perlu dilampiaskan dengan berhubungan seks karena kenikmatan itu akan datang sendiri dari rangsang nonseksual misalnya makanan. Karena begitu mudahnya mendapatkan kepuasan, dalam sehari penderita sindrom ini bisa mengalami orgasme hingga 300 kali. Karena merasa sangat menderita, sindrom orgasme spontan bahkan membuat penderitanya ingin bunuh diri.
3. Parafilia
Sesuai dengan asal katanya yakni para (menyimpang) dan phillia (ketertarikan), gangguan ini ditandai dengan penyimpangan hasrat seksual. Cakupannya cukup luas, antara lain meliputi ketertarikan terhadap obyek tertentu dari pasangannya (fetisisme), kekerasan dan penyiksaan (sadomasokisme), mayat (nekrofilia) dan binatang (zoofilia).
Dalam ilmu psikologi, gangguan ini dikategorikan dalam perilaku Obsessive-Compulsive Disorder (OCD). Karena ketertarikannya yang tidak wajar, penderitanya sering kesulitan untuk mendapat pasangan yang cocok. Kalaupun ada, kadang-kadang perilaku seksual yang tidak semestinya itu justru dapat membahayakan dirinya.
4. Seksomnia
Seksomnia merupakan aktivitas seksual yang dilakukan seseorang di saat tidur. Tindakan tersebut dilakukan si pengidap di luar kesadarannya. Umum gangguan ini dialami laki-laki.
Penyebab pasti dari gangguan ini belum diketahui. Hanya saja ada dugaan bahwa alkohol dan obat tidur berpengaruh pada gangguan ini. Efek yang ditimbulkan seksomnia antara lain kemarahan, kebingungan, penyangkalan, frustasi, rasa bersalah, malu, dan frustasi.
5. Hiperseks
Pada wanita, kondisi ini disebut juga dengan istilah nymphomania sementara pada pria disebut satyriasis. Tanda-tandanya adalah tidak mampu mengendalikan hasrat seksual dan kadang-kadang terpaksa harus segera dilampiaskan pada siapapun yang saat itu kebetulan ada di dekat si penderita.
Dilihat dari penyebabnya, kondisi ini mirip dengan orang yang tidak bisa mengontrol nafsu makan karena sama-sama dipicu gangguan sirkuit di otak. Namun orang masih bisa makan kapan saja dan di mana saja, sementara untuk berhubungan seks di sembarang tempat tentu bukan ide yang bagus. (wy/dh)
